Setiap mendengar kata “Bakpia” apa yang
terlintas dipikiran kebanyakan orang mengenai bakpia pastiad alah makanan tradisional khas dari Daerah
Istimewa Yogyakarta. Tidak heran memang dikarenakan bapkia sendiri sudah
menjadi ikon kebanggaan masyarakat Yogyakarta. Namun tidak banyak yang
mengetahui bahwa bapkia sendiri awal mulanya tidak seutuhnya berasal dari
Yogyakarta.
Gambar 1. Bakpia Jaman Dahulu |
Sebenarnya
asal muasal bakpia merupakan makanan yang berasal dari Cina. Sebutan bakpia
sendiri di negeri asalnya adalah Tou Luk Pia yang jika diartikan adalah kue
yang berisi daging. Bapkia ini dibawa ke Indonesia oleh seorang warga ketrunan
Tionghoa yang bernama Goei Gee Oe yang mencoba membuka industri bakpia dengan
skala rumahan. Munculnya produksi bapkia di Yogyakarta berawal di daerah Pathuk sekitar tahun 1948. Walaupun dari Negara asalnya isian dari bakpia adalah daging,
akan tetapi setelah masuk ke Yogyakarta terjadi perubahan kombinasi isian
bakpia. Isian bakpia ini disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia. Salah satu
jenis isian rasa bakpia yang paling banyak dijumpai adalah rasa kacang hijau. Sering dengan berkembangnya zaman, hingga kini produsen bakpia terus meningkat dikarenakan terus bertambahnya konsumen bakpia. Dengan mengikuti arus globalisasi produk bakpia ini terus berkembang baik dari sisi rasa, isian, ataupun bentuknya.
Gambar 2. Bakpia Modern |
Untuk terus melestarikan dan memperkenalkan
bakpia sebagai ikon makanan khas dari Yogyakarta dilakukan suatu kegiatan yang
diberi nama “ Merti Bakpia”. Acara tersebut pertama kali diselenggarakan pada
bulan September 2012 yang pada awalnya acara tersebut bernama “Bapkia Day”. Dengan digelarnya acara merti bapkia ini juga
terselip harapan lain yaitu sebagai ajang pemersatu dan untuk mempererat keberasamaan antara
warga Yogyakarta dengan warga keturunan Tionghoa yang merupakan negara awal
mula bakpia berasal.
Acara
merti bakpia ini seringkali juga disebut dengan acara gunungan bakpia. Disebut gunungan bakpia
dikarenakan terdiri dari kumpulan bakpia yang berbentuk gunungan (seperti
gunung) dan banyak masyarakat Yogya yang mengakini bahwa gunungan tersebut
tersebut melindungi diri dari kemalangan dan roh jahat. Salah satu tujuan lain dari acar ini juga adalah sebagai rasa syukur para produsen bakpia atas limpahan rezeki yang mereka dapat.
Gambar 3. Arak-Arakan Gunungan Bakpia |
Gunungan pada acara tersebut terdiri dari
gunungan Jaler (laki-laki) dan gunungan wadon. Setelah diarak mengelilingi
daerah Pathuk gunungan bakpia ini di panjkatkan doa terlebih dahulu menurut
syariat Islam untuk menandakan bahwa selamatan kerajaan
(wilujengan nagari) oleh Sultan sangat bermanfaat untuk menjaga keseimbangan
dan keselarasan kehidupan masyarakat sepanjang masa. Kemuadian bakpia diberikan secara simbolis
kepada salah satu pengujung untuk selanjutnya dinikmati bersama oleh semua
pengunjung yang datang. Pada cara ini banyak sekali yang berebut untuk
mendapatkan bakpia karena warga mempercapai bahwa jika memakan bakpia dari
gunungan tersebut akan mendapat keberuntungan.