Apa yang membuat orang ingin kembali lagi
berkunjung ke kota Jogja?
Setiap orang yang pernah berkunjung ke kota Jogja pasti mempunyai alasan-alasan tersendiri
mengapa mereka ingin kembali lagi berkunjung kesana. Beberapa alasannya
diantaranya adalah banyaknya objek wisata di kota tersebut, suasana yang
membuat pengunjung nyaman, bahkan kuliner yang beragam, dan lainnya. Membahas
kuliner yang ada di Jogja tentu tidak akan ada ujungnya, mengingat banyak
sekali berbagai jenis makanan yang tersedia. Kuliner yang ada di Jogja dikenal memiliki
harga yang cukup murah mengingat kota ini juga mendapat julukan kota pelajar
yang tidak jarang harga makanannya disesuaikan dengan kantong pelajar.
Gudeg khas Jogja |
Dari berbagai jenis kuliner di Jogja, banyak
diantara anda pasti setuju bahwa “Gudeg” menjadi salah satu ikon kuliner
Jogja yang melegenda dari jaman dulu hingga sekarang. Hampir disetiap sudut
kota Jogja pasti mudah sekali memenukan penjual makanan yang memiliki perpaduan
rasa gurih dan sedikit manis ini. Hingga saat ini Gudeg sendiri telah dijajakan
dari pedagang kaki lima, rumah makan, hingga di hotel bintang lima.
Lalu bagaimana sejarahnya hingga Gudeg bisa menjadi
ikon kuliner kota Jogja?
Dikutip dari Serat Centhini,
Gudeg petama kali
dikenal pada tahun 1819, yaitu pada jaman mataram kuno. Pada saat ini komoditas utama yang menjadi
primadona karena memiliki nilai jual tinggi adalah jati. Saat itu banyak pepohonan yang ditebang salah satunya nangka
karena dinilai tidak memiliki nilai jual. Nangka tersebut dimanfaatkan utuk
membuat makanan bagi para pekerja. Sebutan atau nama Gudeg sendiri tidak lain dikarenakanan dari cara pengolahan
makanannya, yaitu diaduk yang
dalam bahasa jawa berarti “diudeg”. Diudeg sendiri berarti
mengolahnya dengan cara diaduk berulang agar tidak gosong atau yang sering
disebut angudeg-udeg.
Universitas Gadjah Mada tempo dulu |
Adanya Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga memiliki andil besar dalam perkembangan
Gudeg di kota Jogja. Universitas tersebut menjadi salah satu pusat untuk pendidikan pada saat itu. Banyak para mahaiswa, staff dan pegawai kampus
tersebut yang menjadikan gudeg sebagai makanan sehari-hari. Banyak juga para
mahasiswa rantau yang membawa gudeg tersebut sebagai oleh-oleh untuk dibawa ke kampung
halaman mereka masing masing. Dan secara tidak langsung mempromosikan gudeg
sebagai salah satu makanan khas yang menjadi ikon kuliner Jogja.
Berdasarkan jenisnya gudeg dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya :
Gudeg basah : memiliki kadar air yang tinggi dan disajkian dengan areh (santan) kental |
Gudeg kering : memiliki kadar air yang sedikit dan disajkian dengan areh (santan) encer |
Gudeg Solo : gudeg yang arehnya berwarna putih |
Gudeg Manggar : gudeg berbahan baku putik bunga kelapa |
Jadi, gudeg jenis manakah yang membuat anda tertarik untuk mencoba?
Jika anda berkunjung lagi ke Kota Jogja, bisa mengunjungi sentra gudeg yang berlokasi di daerah Wijilan. Disana anda dapat menemukan berbagai macam jenis gudeg dari berbagai merk. Beberapa yang sudah terkenal antara lain adalah Gudeg Yu Jum dan Gudeg Bu Slamet yang keduanya pertama kali membuka lapak di Wijilan pada tahun 1946.
Abadi
dan Budhy. 2015. DAERAH ISTIMEWA GUDEG (Video Dokumenter
Tentang Riwayat Gudeg Sebagai Ikon Kota Jogja). Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Gardjito, Murdijati dan Eva
Linda Dewi P. Gudeg Yogyakarta. (2012). Yogyakarta: Pusat Kajian Makanan
Masyarakat Yogyakarta.
Triwitono,
P. 1993. Akibat Perebusan Proses Pengolahan Gudeg Kering dan Sifat-Sifat Serat
Diet Nangka Muda. Program Studi Pengolahan Hasil Pertanian Fakultas Tekologi
Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar