Rabu, 05 Oktober 2016

Antara Gudeg dan Kota Istimewa

Apa yang membuat orang ingin kembali lagi berkunjung ke kota Jogja?




Setiap orang yang pernah berkunjung ke kota Jogja pasti mempunyai alasan-alasan tersendiri mengapa mereka ingin kembali lagi berkunjung kesana. Beberapa alasannya diantaranya adalah banyaknya objek wisata di kota tersebut, suasana yang membuat pengunjung nyaman, bahkan kuliner yang beragam, dan lainnya. Membahas kuliner yang ada di Jogja tentu tidak akan ada ujungnya, mengingat banyak sekali berbagai jenis makanan yang tersedia. Kuliner yang ada di Jogja dikenal memiliki harga yang cukup murah mengingat kota ini juga mendapat julukan kota pelajar yang tidak jarang harga makanannya disesuaikan dengan kantong pelajar.

Gudeg khas Jogja

Dari berbagai jenis kuliner di Jogja, banyak diantara anda pasti setuju bahwa “Gudeg” menjadi salah satu ikon kuliner Jogja yang melegenda dari jaman dulu hingga sekarang. Hampir disetiap sudut kota Jogja pasti mudah sekali memenukan penjual makanan yang memiliki perpaduan rasa gurih dan sedikit manis ini. Hingga saat ini Gudeg sendiri telah dijajakan dari pedagang kaki lima, rumah makan, hingga di hotel bintang lima.

Lalu bagaimana sejarahnya hingga Gudeg bisa menjadi ikon kuliner kota Jogja?

Dikutip dari Serat Centhini, Gudeg petama kali dikenal pada tahun 1819, yaitu pada jaman mataram kuno. Pada saat ini komoditas utama yang menjadi primadona karena memiliki nilai jual tinggi   adalah jati. Saat itu banyak  pepohonan yang ditebang salah satunya nangka karena dinilai tidak memiliki nilai jual. Nangka tersebut dimanfaatkan utuk membuat makanan bagi para pekerja. Sebutan atau nama Gudeg sendiri tidak lain dikarenakanan dari cara pengolahan makanannya, yaitu diaduk yang dalam bahasa jawa berarti “diudeg. Diudeg sendiri berarti mengolahnya dengan cara diaduk berulang agar tidak gosong atau yang sering disebut angudeg-udeg.


Universitas Gadjah Mada tempo dulu


Adanya Universitas Gadjah Mada (UGM) yang  juga memiliki andil besar dalam perkembangan Gudeg di kota Jogja. Universitas tersebut menjadi salah satu pusat untuk pendidikan pada saat itu. Banyak para mahaiswa, staff dan pegawai kampus tersebut yang menjadikan gudeg sebagai makanan sehari-hari. Banyak juga para mahasiswa rantau yang membawa gudeg tersebut sebagai oleh-oleh untuk dibawa ke kampung halaman mereka masing masing. Dan secara tidak langsung mempromosikan gudeg sebagai salah satu makanan khas yang menjadi ikon kuliner Jogja.

Berdasarkan jenisnya gudeg dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya :
Gudeg basah : memiliki kadar air yang tinggi dan disajkian dengan areh (santan) kental 
Gudeg kering : memiliki kadar air yang sedikit dan disajkian dengan areh (santan) encer

Gudeg Solo :  gudeg yang arehnya berwarna putih 

Gudeg Manggar :  gudeg berbahan baku putik bunga kelapa
Jadi, gudeg jenis manakah yang membuat anda tertarik untuk mencoba? 

Jika anda berkunjung lagi ke Kota Jogja, bisa mengunjungi sentra gudeg yang berlokasi di daerah Wijilan. Disana anda dapat menemukan berbagai macam jenis gudeg dari berbagai merk. Beberapa yang sudah terkenal antara lain adalah Gudeg Yu Jum dan Gudeg Bu Slamet yang keduanya pertama kali membuka lapak di Wijilan pada tahun 1946.

 Referensi 

Abadi dan Budhy. 2015. DAERAH ISTIMEWA GUDEG (Video Dokumenter Tentang Riwayat Gudeg Sebagai Ikon Kota Jogja). Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Gardjito, Murdijati dan Eva Linda Dewi P. Gudeg Yogyakarta. (2012). Yogyakarta: Pusat Kajian Makanan Masyarakat Yogyakarta.

Triwitono, P. 1993. Akibat Perebusan Proses Pengolahan Gudeg Kering dan Sifat-Sifat Serat Diet Nangka Muda. Program Studi Pengolahan Hasil Pertanian Fakultas Tekologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.





Tidak ada komentar: